aku di sini, terbaring di atas satu-satunya mimpi yang kupunya. mimpi untuk bisa kembali berjalan di antara harapan yang usang. harapan yang tertinggal jauh di belakang.
aku di sini, mencoba membangun jembatan di antara dua sisi tebing yang curam dan terjal. mencoba mengukuhkan diri sebagai seorang yang mampu membawamu ke sana.
dengan tenagaku yang entah seberapa kuat lagi bisa bertahan, semampuku menjalin sulur rambat yang bisa kuraih selama perjalanan. mengikat erat puluhan balok yang berjajar dengan seenaknya.
susah payah kubangun jembatan untuk kamu lalui. untuk bisa kamu gunakan menyeberang ke sana. aku cukup yakin itu.
lalu dengan hati-hati kamu meniti temali di antara balok-balok yang dengan kakimu kuat menjejak setiap langkahnya.
lalu setelah kamu tiba di ujung sana, dengan senyum termanismu, kamu robohkan semuanya. tanpa sisa.
(24/365)