sunyi membuatku canggung. sedangkan ramai membuatku gelisah. murung adalah sedikit kebahagiaan yang selalu kusempatkan singgah barang sebentar.
kusematkan seutas kenang dalam sudut kehampaan yang walau sekilas gelap dan muram namun tetap memberikan sekilas cahaya yang kubutuhkan.
kadang terbersit keinginan untuk membakar lorong gelap di depan langkahku dengan geretan api yang menyalakan lentera retak di tepian dinding kusam tak tersentuh.
sudah lama ingin kuselesaikan, tapi tak kunjung mampir kesempatan itu. pun tak sempat kukejar sebab ia terburu-buru melesat pergi. baru sempat kusapa, belum bisa kurengkuh.
rasanya ini semakin melelahkan. berputar di satu titik membuatku hilang arah. beberapa kali pernah kuhampiri sambil sesekali mencoba menabur harap. tapi apa boleh buat, yang kita tabur tak semua bisa kita tuai.
sekarang hanya bisa kupandangi dari jauh. kembang-kembang yang telah merekah di tengah kebun yang kusambangi hampir tiap hari, yang pernah kusirami dengan hati-hati, mekar mewangi di hadapan yang lain.
(23/365)