Kamu yang berdiri di sana dengan baju terusan biru muda dan cardigan hitam. Memakai sepatu vans old skool hitam tanpa kaos kaki. Dengan rambut panjang sebahu yang sibuk mengganggu tas punggung kecilmu itu. Kamu menarik perhatianku.
Aku melihatmu sendirian, seperti menunggu seseorang. Kalau saja kita sempat saling berpandang, mungkin kamu akan melihat riuh binar di mataku. Tapi kamu sibuk menatap layar ponselmu, berharap berita yang kamu tunggu datang dan risau yang kamu rasakan hilang sirna sudah.
Aku masih memperhatikanmu, mencari tempat duduk kosong untuk beristirahat menunggu. Sampai seorang perempuan lain datang, tidak jauh lebih menarik darimu. Dan kalian saling bertukar kecup di pipi.
Aku beranjak dari tempat dudukku, berjalan ke arahmu, menyodorkan tangan dan menyebut namaku. Tapi itu hanya bagian dari imajinasiku. Aku tidak seberani itu berkenalan dengan perempuan. Aku tidak seliar yang teman-temanku pikir. Aku hanya bisa mengambil satu batang rokok dari sakuku dan membakar semua khayalan tentang perkenalan kita.
Sampai akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan menghapus semua halusinasiku.