hujan makin deras menjelang maghrib di sabtu terakhir bulan juli. baru saja motorku selesai dicuci. tapi sepertinya langit sudah tak sabar untuk segera melepas bulir rindu yang dipendam sedari pagi.
dua jam aku di sini dan gemuruh tambah keras. kupikir tidak ada yang lebih pantas menemani selain rokok dan kopi panas.
hujan, senja, kopi, pahit, serta hal-hal lain yang melankolis. untuk apa terlalu banyak berpikir? hanya menambah satu dua kerut di dahi saja.
lebih baik berencana, besok hendak ke mana? berkendara atau duduk manis di rumah? kertas dan pena atau ukulele dan pita suara? berselimut di kasur atau berkutat minyak di dapur?
daripada terus murung karena hujan tak juga reda, aku cari saja nomor kontak untuk disapa.