mencemaskan hidup berarti berburuk sangka pada niat baik yang maha semesta. karena semua yang terjadi adalah apa yang sebenarnya ada sadah ada di dalam pikiran. siapa yang bersedia dengan sukarela meletakkan segala kesedihan di atas piring makan yang besar dan menyuguhkannya pada setiap orang yang melintas?
tapi tidak semua kegelisahan harus disembunyikan. ada waktunya semua yang tidak tampak akan mulai memperlihatkan sedikit demi sedikit wujudnya. sebagaimana rasa tertekan yang pelan-pelan menggerogoti setiap langkah yang semakin berat. seperti itu pula rasanya disingkirkan, dikeluarkan dari liga, didiskualifikasi karena tidak memenuhi persyaratan.
standar tinggi menjadi bahagia, siapa pula yang dengan angkuhnya berani menyusun itu semua?
(203/365)