di sela-sela rikuh ekor mata yang saling bertaut canggung, ada bayangan riuh yang berkelebatan tak tentu arah di dalam kepala. seakan menuntut nalar untuk berunding dengan hati agar lekas bersahut dan menggemakan lantunan rindu yang tak pernah putus.
tapi tidak dengan kita. sejak aku tahu rinduku tak punya kuasa untuk menyerahkan diri sepenuhnya dan desah gairahku tak punya suaka untuk bertamu. aku berangsur mencoba untuk berdamai dari canggung yang selalu hinggap setiap kali desir tubuhmu mengalun dengan sesaknya di depan hidungku.
sejak fajar berpamitan dan bertukar tugas dengan matahari. sejak awan bergelayut manja di titian petang. sejak bulir hujan berkukuh untuk pergi meninggalkan gumpalan putih keabu-abuan di udara. sejak petang mengantarkan matahari menjemput malam dan bulan dengan sigapnya bertukar posisi di langit. sampai bulan enggan digeser pagi. Sampai di situlah cerita ini diakhiri.
(113/365)