Repetisi

yang bermula dari sebuah babak tak pernah datang tiba-tiba. hampir sekian banyak cerita yang terjadi adalah hasil dari sebuah peristiwa yang berkaitan satu sama lain. sekecil apapun itu. kita hanya perlu membaca ulang bait demi bait prosa yang tak pernah selalu berima.

 

alih-alih membaca ulang naskah, apa yang terjadi kemudian adalah berburuk sangka terhadap penulis skenario. mengapa begini? mengapa begitu? mengapa hal-hal buruk selalu terjadi pada tokoh utama? sedangkan kita tahu tidak semua cerita berakhir menyenangkan. kapan sang tokoh utama menemukan apa yang ia mau? kapan sang tokoh utama bisa mulai bahagia?

 

semua tanda tanya selalu tertulis besar. semua tanda seru hanya terlihat samar. tidak ada tanda baca lain yang mau sengaja hadir menemani tiap-tiap kata yang tersusun rapi namun tidak pernah tertata dengan baik. semua tersirat dalam baris-baris larik prosa tanpa makna yang jelas.

 

ketika semua mengulang dan semua berakhir pada pemberhentian yang sama, berapa kali lagi kejadian ini sanggup kita hadapi dan bagaimana raut wajah kita saat menghadapi hal-hal yang sama berkali-kali?

 

ini sudah paragraf terakhir, sampai mana kita akan terus membaca? sampai cerita ini selesai? atau harus kita mulai lagi dari awal?

 

(93/365)

What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s