hanya ada aku dan sebatang nyeri. dan kepulan sunyi mendadak bias oleh riuh gelak tawa di kepala.
sedu juga tak mau pergi sedari pagi. masih betah bersandar di sudut kosong ruang tunggu.
ketika waktunya ingin pergi, selalu ada yang berkata “nanti dulu. sebentar lagi”
sebatang nyeri bertambah lagi. seolah ingin singgah lebih lama. sampai nanti resah. lalu jengah. malu dan berlalu.
besok lagi kupandang lebih lama air mukamu, agar kamu bisa tahu apa yang tak kuasa aku sampaikan.
(11/365)