seketika gelap!
aku merebah di antara puing-puing harap yang tak kunjung menetas. lelap dibawa arus kemungkinan yang ujungnya tak pernah terlihat. satu dua bilang pernah melihatnya. satu dua sempat merasakan, katanya.
aku masih mengambang di antara sisa-sisa rasa yang sia-sia. mengais sedikit remah dan memunguti serpihan doa dari penghujung malam.
seketika cahaya kuning kemerahan menerobos lurus dari sudut mata. terbuka lebar dan perih rasanya. pantulan sinarnya terlalu menusuk. di sini gelap.
kuning kemerahan sontak menjadi biru. kuangkat lengan kiriku. lebam di sana, kupikir tertimpa cahaya, tapi sakit kurasa.
apakah aku dipukuli cahaya? ataukah ini namanya jatuh cinta?
(09/365)