Akan kusingkirkan jejak sajak sejak puluhan anak tangga telah letih kupijak. Sehingga setiap kalimat bijak hanyalah menjadi sebuah babak dalam manuskrip acak. Dan entah sudah berapa banyak arak yang kutenggak untuk menutupi puntung dan abu di dalam asbak. Bak pendosa yang mencoret akhlak, mengajak orang suci untuk menandak dalam riak diiringi alunan anjing-anjing yang menyalak. Sampai tenggorokanku penuh dengan dahak yang akan kumuntahkan di atas kanvas secara abstrak. Jangan dulu kau beranjak sebab belum tuntas semua barak prosa ini kubajak.
Tak akan aku beri satupun alasan agar kau terkesan, sebab ini bukanlah pesan yang bisa diukir di atas nisan. Hanya sebuah catatan kebosanan ketika lisan tak bisa meletupkan amukan atas semua kekesalan yang menumpuk di ujung labuhan. Kelak nanti akan terdengar deras alunan hujan dari ujung jalan, yang kau hiraukan sehingga dengan telak ia membuatmu kebasahan. Dan tak seorang pun menyimpan belas kasihan yang bisa dibagikan.
Atur kembali arah kiblat jika itu memang perlu diralat. Tapi jangan kau turuti para penjahat berkedok penyelamat, atau sesungguhnya itu adalah isyarat yang mencoba mengangkat dirimu sebelum membanting ke liang lahat. Dan tentang ayat-ayat muslihat yang dipahat di atas altar berkedok nasehat, silakan kau intip jagat akhirat yang pernah kau catat di buku ibadat.
Terlalu banyak horor menghiasi teror malam fosfor tahun baru penuh dekor. Dan terlalu banyak gembar-gembor dari sang pendonor membuat ingin kubakar obor dari kolor molor tanpa nomor. Lalu dengan api yang membara akan kutoyor congor-congor para orator kotor yang berkotbah tanpa faktor, hingga suara mereka meredup dan yang terdengar hanyalah derap langkah yang menggedor.
Dan mari lupakan soal resolusi, sebuah kata fiksi yang hanya digadang-gadang demi gengsi, minim fungsi, dan hanya sekadar fiksi. Tidak perlu banyak asumsi untuk slogan-slogan basi yang hanya merupakan pengulangan diksi abadi. Perlu adopsi amunisi untuk merevolusi diskusi supaya bisa berevolusi menjadi solusi. Serupa ereksi yang perlu dituntaskan dengan onani, erupsi ejakulasi yang seharusnya menjadi asasi. Kini direpresi oleh konstitusi atas nama moralis yang berdifusi dengan api persekusi.
Biar mereka buas memulas batas dengan antusias. Hingga mereka puas merias ruas yang membias. Biar mereka puas sampai bablas dan menjadi ampas. Hingga saatnya tiba, kita bilas dan kibas sisa kuasa mereka yang beringas. Karena sekilas bara harapan harus dikipas demi api yang akan menjadi napas sehingga para sineas bisa kembali menghias layar bebas dengan ide seluas atlas.
Atas nama pikiran yang semakin redup, dan di antara degup jantung penyelundup yang gugup dengan keringat kuyup dan nyali yang makin ciut. Angkat sedikit semangat, berkat bakat yang mengikat semenjak diputusnya tali pusat hingga kini kau mulai berkarat. Karena waktu terus bergulir, dan semua pilihan tidak bisa kau anulir. Jalani hidup walau sampai kaki terkilir dan hadapi semua cibir dengan biji pelir bagai hulu ledak nuklir.
Oiya, selamat tahun baru. Semoga lekas sembuh.