zi.a.rah
(n) kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (makam dan sebagainya.)
Satu film dengan cerita yang mengajarkan bagaimana cara mencari, menemukan, dan menerima.
Saya ingin menulis ulasan ini tanpa bocoran cerita dan berharap kalian sempat atau setidaknya berusaha mencari bagaimana caranya bisa menonton film ini. sama halnya seperti Mbah Sri, tokoh utama di cerita ini, yang dengan penuh keyakinan mencari dan berusaha menemukan apa yang beliau inginkan.
Sedikit latar belakang cerita. Mbah Sri adalah istri seorang pejuang, Pawiro Sahid, yang pada masa Agresi Militer Belanda 2 tahun 1947 pergi bergerilya membela tanah air.
Mbah Pawiro pamit sebelum pergi berperang dengan pesan “kalau aku tidak kembali, ikhlaskanlah.” yang dijawab dengan “kamu akan pulang, kamu harus pulang.” namun Mbah Pawiro tak pernah kembali ke rumah.
Puluhan tahun berlalu, Mbah Sri beranjak renta. Keinginan sederhana datang dengan masalah rumit, Mbah Sri ingin nantinya dimakamkan di samping suaminya yang sampai sekarang makamnya tidak pernah beliau ketahui di mana letaknya.
Harapan datang berupa sebuah berita dari rekan sesama pejuang yang pernah bersama sama terjun bergerilya bersama Mbah Pawiro. Dari satu cerita masa lalu, Mbah Sri dengan segala kondisinya berusaha mencari di mana makam suaminya berada. Konflik-konflik pun mulai bermunculan. Cerita yang simpang siur didapatkan lalu berkembang mengikuti perjalanan Mbah Sri mencari pusara kekasihnya.
Sampai akhir cerita, pelajaran tentang keyakinan hati, tentang tujuan yang harus dicapai, dan hakikat pasrah ditebar oleh Mbah Sri.
Beberapa kali napas saya terisak, mata saya berair, jantung saya berdegup tak beraturan melihat betapa kerasnya perjuangan seseorang mencari sesuatu yang betul-betul ia inginkan. Harapan demi harapan dihempaskan kenyataan. Tapi keyakinan akan memberikan hasil walau yang didapat tidak selalu sesuai dengan apa yang diinginkan.
Dari perjalanan Mbah Sri mencari, kita diajarkan bagaimana seharusnya janji diucapkan, dijaga, dan ditunaikan.
Dari perjalanan Mbah Sri mencari, kita diajarkan bagaimana harapan dipelihara, keyakinan dijadikan pedoman, dan kepasrahan adalah tujuannya.
Dari perjalanan Mbah Sri mencari, kita diajarkan menghadapi kenyataan dan bagaimana caranya berdamai dengan itu.
Dari perjalanan Mbah Sri mencari, pelajaran tentang kepasrahan digulirkan perlahan-lahan.
Belajarlah untuk menerima rasa sakit sebagai berkah, agar kita bisa mengerti tentang hakikat pasrah. Belajarlah memaafkan, agar tidak ada dendam dalam setiap kekalahan. Belajarlah mencari jawaban, agar suatu saat nanti kita bisa menemukan.