kepingan itu masih tersimpan rupanya. terselip di antara berkas-berkas tak perlu yang sengaja kuletakkan di pojokan meja karena aku tak tahu, mungkin suatu saat aku memerlukannya.
aku hanya ingin merapikan mejaku yang berantakan, yang tak pernah luput dari lembaran catatan-catatan kecil, coretan-coretan tak penting, ide-ide yang tak pernah dilaksanakan, serta ceracau-ceracau yang tertangkap pena.
aku hanya ingin mencoba memilah mana yang aku perlu. mana yang benar-benar aku butuhkan. mana yang benar-benar bisa aku gunakan.
setelah sekian lama aku perhatikan, aku baru sadar kalau selama ini hidupku terbuat dari hal yang remeh-temeh. hal kecil yang tidak terlalu penting. hal yang mudah saja dilupakan.
aku baru sadar kalau aku tak punya satu identitas spesifik yang bisa aku gunakan untuk mengidentifikasikan diriku. apa? aku bukan penulis, aku hanya suka menulis. aku bukan seniman, aku hanya penikmat seni. aku bukan musisi, aku hanya mencintai musik. aku bukan petualang, aku hanya suka hal-hal baru.
aku seperti terombang-ambing di tengah lautan dengan sekoci kecil tanpa dayung. menggantungkan hidup pada ombak. entah akan dibawa ke mana. ke pulau terdekat yang tak tahu ada kehidupan kah di sana? ke tepian kapal pesiar yang tak sengaja lewat namun entah awak kapalnya menyadari keberadaanku atau tidak? atau aku akan tetap di atas sekoci kecil ini? terombang-ambing di tengah laut. berharap ombak membawa ke tempat yang lebih baik. atau sekadar membawa ke tempat yang lebih tenang.
aku masih percaya nasib baik. sebagaimana aku percaya kalau yang datang tak akan bisa ditolak. dan yang pergi tak akan bisa ditahan.