sini, duduk di sebelahku. silangkan kakimu, buat dirimu senyaman mungkin, bersandar bila perlu. tapi jangan di bahuku. ini tak cukup kuat untuk menopang isi kepalamu. tak cukup nyaman untuk kau hinggapi berlama-lama.
aku akan bercerita tentang seseorang. seorang pecundang, yang hanya berani bicara di belakang. seorang penakut, yang bersembunyi di balik kata-kata. sekali kau dengar dia bicara, kau sudah bisa mengetahui apa yang dia sembunyikan. orang ini tidak cukup pintar menutupi rahasianya.
dia pecundang yang menggali sendiri lubang untuk memendam harapan yang dia hancurkan dengan sadar. dia pecundang yang bermimpi untuk bertemu sosok sempurna yang tak pernah dia cari. yang berharap tuhan akan mengabulkan semua permintaan mustahilnya tanpa berusaha. yang berpikir semesta akan selalu ada di pihaknya. dewi fortuna yang selalu menaunginya.
dia pecundang yang lalai berdoa namun merasa rencananya paling berguna. dia pecundang yang giat menunggu bus kota datang dari arah sebaliknya. dia pecundang yang merekayasa kejadian dalam otaknya dan berharap semua akan menjadi nyata. dia pecundang yang hanya menyiapkan satu langkah dalam perhelatan lari marathon. dia pecundang yang berlari di tempat sampai kehabisan tenaga dan terkulai lemas di tengah ruangan.
dia pecundang yang bersembunyi di balik sunyi. dia pecundang yang tenggelam dalam gemericik rintik dini hari. dia pecundang yang berteriak lantang saat tidak ada orang di sekeliling. dia pecundang yang menghabiskan ratusan jam hanya untuk melamunkan hal-hal yang tidak pernah bisa dicapai.
tapi dia pecundang tanpa tendensi. dia datang tanpa kau minta, dan pergi tanpa perlu kau suruh. dia memberimu atensi tanpa lelah. memperlihatkan afeksi di setiap kesempatan.
pecundang ini tak berniat menyakitimu. ia hanya ingin kau tidak melihatnya dengan sebelah mata.