seperti layaknya kencan pertama. gerak tubuh yang canggung, kalimat yang selalu keluar dengan nada rendah, cerita-cerita yang luwes keluar dengan sendirinya, senyum yang selalu tersungging di ujung bibir, hingga waktu berjalan terlalu cepat.
hingga kencan ke dua ratus delapan puluh tiga sudah terlewati. gerak tubuh yang semakin kaku, kalimat-kalimat bernada tinggi yang keluar, cerita yang tertahan lajunya, garis bibir yang senantiasa datar, hingga waktu yang berjalan begitu lambat.
seolah rutinitas yang membosankan, mereka memutuskan untuk menikah saja bulan depan.
(223/365)