cawan-cawan berisi penyesalan memenuhi lemari ringkih yang dibeli dari pengrajin kayu pinggir jalan dengan potongan setengah harga karena terbuat dari material kayu sisa dipan seorang saudagar kaya pemilik tambak udang paling besar di kotanya.
berbagai cenderamata hasil dari perjalanannya mengelilingi tiga belas kota besar di pelosok negeri teratur rapi di antara buku-buku lama dan pigura berisi lembar sertifikat dari hasil seminar cara bercocok tanam sesuai dengan pedoman pemerintah.
beberapa carik kertas terlipat dengan bentuk yang sama, segitiga sembarang dengan label yang berbeda-beda, ada yang bertuliskan “pagi hari”. “siang hari”, “sore hari”, “malam hari”, dan “kapan saja”. meski semua tidak pernah dibaca sesuai petunjuknya.
ada dua botol bekas minuman keras di baris paling bawah lemari ringkih itu. satu masih terisi penuh dan satu lagi sudah terisi dengan pengharum ruangan beraroma buah lemon.
dan di depan lemari ringkih yang dibeli dari pengrajin kayu pinggir jalan dengan potongan setengah harga karena terbuat dari material kayu sisa dipan seorang saudagar kaya pemilik tambak udang paling besar di kotanya itu, tergeletak seorang pemuda dengan darah yang bersimbah di lantai dan sayatan dalam di lehernya.
(226/365)