Jarak

kembali pulang setelah seratus malam terhempas di ribuan kilometer jauhnya membuatku semakin percaya bahwa jarak membawa banyak perubahan. jarak memberimu hal-hal yang tak sempat kau pelajari selama ini. jarak membawamu menjauh, jarak mengajakmu mendekat, jarak merekatkan kata, jarak menguatkan rasa.

 

aku pernah merasa kita sedekat hawa dan buah khuldi, terbuai dan saling terlena. tapi aku juga sempat merasa kita sejauh hari kemarin, tak tergapai sekuat apapun berusaha ke sana.

 

kau kini menjaga jarak, dan aku menghormatinya. tak ada hal yang sia-sia dari membiarkanmu bahagia. pijar matamu sudah meredup saat bertemu bola mataku, wajahmu tak lagi berbinar saat berpapasan denganku.

 

mungkin memang sudah saatnya aku berhenti berlari dan meletakkan tongkat estafet yang kupegang, karena aku tahu kau akan segera berlari menjauh dan menghilang saat aku mencapaimu. mungkin sudah saatnya aku mengambil ancang-ancang lain, memanaskan otot untuk memulai maraton yang baru.

 

mungkin aku pesimis, atau ini realistis. tapi mengejar sesuatu yang semakin menjauh hanya membuat aku kelelahan.

 

maaf, jarak pandangku terlalu kabur. aku sudah tak melihat ada apa-apa di antara kita.

 

(195/365)

 

 

 

What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s