tulisan ini dibuat karena membaca kicauan tentang kenapa lelaki bisa takut mendekati perempuan, padahal lelaki itu terkesan cuek, tidak pedulian, dan dengan mudahnya bisa pindah ke target lain.
wait, let me tell you something first. this writing is based on my personal opinion, or should i say my personal experience.
oh, iya, dan saya tidak mewakili seluruh kaum lelaki, maupun sebagian dari lelaki, ya. ini adalah esai tentang pendekatan dari pengalaman saya saja. kalau kebetulan ada peristiwa yang sama, itu hanya kebetulan saja.
mari mulai dari pengertian pendekatan menurut kamus besar bahasa indonesia (versi daring). ada dua arti tentang pendekatan:
1. proses, cara, perbuatan mendekati.
2. usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian; acangan;
karena poin kedua sepertinya terlalu rumit untuk dijabarkan, saya akan mengacu pada penjelasan poin pertama saja.
(proses. cara. perbuatan mendekati.)
bagi saya, pendekatan itu adalah proses penting dalam sebuah hubungan. ada runtunan peristiwa, perubahan, serta perkembangan untuk menentukan apakah subjek dan objek sama-sama punya ketertarikan satu sama lain, proses pengambilan keputusan atas masalah perlukah diadakan kompromi dalam hubungan dua belah pihak ini, hingga tiba di kesimpulan apakah objek adalah sebenar-benarnya pilihan yang tepat?
pendekatan itu penting, apalagi untuk proyeksi jangka panjang. dari situ akan ada banyak hal-hal yang bisa dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan akhir. beberapa kekecewaan kerap kali terjadi di masa-masa pendekatan. dan seiring berjalannya waktu, akan ada peristiwa kecil maupun besar yang terjadi, yang mampu menggoyahkan atau memperkuat keinginan untuk menjalani hubungan lebih lanjut.
lalu kenapa lelaki bisa takut mendekati perempuan? ada beberapa alasan menurut saya.
yang paling sering terjadi, takut terhadap penolakan. dalam beberapa kasus, penolakan ini bisa muncul dari dua arah, internal dan eksternal. tapi dua-duanya punya kesamaan, biasanya memang karena tidak ada kecocokan satu sama lain hingga akhirnya salah satu pihak atau dalam kesepakatan bersama memilih mundur dan bubar jalan.
kemudian rasa rendah diri juga jadi salah satu faktor yang memicu ketakutan dalam mendekati perempuan. banyak kasus terjadi karena alasan ini. memandang rendah diri sendiri, ada ketakutan di mana status sosial yang berbeda akan menjadi penghalang, atau setidaknya menghambat sedikit proses pendekatan. membandingkan diri dengan orang lain, merasa tidak pantas, sehingga berujung pada pesimis tentang hasil.
ketakutan berikutnya biasanya ada di lingkungan sekitar. sebagai makhluk sosial, terkadang ada banyak masalah yang melibatkan orang lain. hal itu yang menjadikan proses pendekatan menjadi rumit. misal, subjek dan objek sudah mempunyai banyak kesamaan serta merasakan adanya kecocokan. namun komentar, cibiran, kritik, tanggapan, dan omongan orang lain kadang membuat gerah telinga. hingga akhirnya berpengaruh pada keputusan akhir. tapi biasanya bagian ini bisa dilewati dengan mudah.
dalam kasus saya, yang paling sering terjadi adalah timbulnya rasa sungkan dalam mendekati perempuan. kadang saya merasa cara pendekatan saya salah. kadang merasa terlalu agresif pada objek yang pasif, dan terlalu pasif pada objek yang agresif. kadang saya banyak memikirkan hal buruk yang sebenarnya jarang sekali terjadi, dan sering memikirkan hal bahagia yang sama sekali tidak pernah terjadi.
tidak jarang saya mundur karena merasa tidak ada kesempatan, atau mungkin lebih tepatnya tidak melihat kesempatan yang ada. setelah jauh ke depan dan sedikit menoleh ke belakang, lalu penyesalan datang karena terlambat menyadari kesempatan yang terlewat.
atau mungkin memang waktunya belum tepat. atau mungkin memang belum ada objek yang tepat. atau mungkin memang belum menemukan metode yang tepat. atau istirahat saja dulu, capek.
(188/365)