gema suara dari tiap pelantang yang tersebar di penjuru kota sayup-sayup terdengar. perlahan semua orang mulai keluar dari persembunyiannya. anak-anak kecil berlarian, berkeliaran dengan riang, orang-orang tua menyunggingkan senyum sembari mengepalkan tangannya ke udara. semua berkumpul di tengah lapangan kota untuk sebuah peristiwa.
mereka merayakan kematian matahari untuk yang ke sekian kalinya. mereka merayakannya dengan menghidangkan puluhan macam sajian untuk perut semua orang. tidak ada satu pun yang boleh kelaparan lagi hari itu.
lantunan kidung berkumandang tiada henti semenjak matahari redup dan perlahan menghilang di ujung barat bumi. tepat saat matahari menghilang, syair-syair semakin keras dinyanyikan. semua bergembira. semua menyiratkan kebahagiaan di tiap garis mukanya.
mereka tidak membenci matahari, pun tidak memuja bulan yang menggantikan posisinya di temaram langit malam. mereka hanya ingin merayakan kematian. mengantar kepergian dengan penghormatan paling tinggi.
seperti halnya hidup yang bermula dan akan berujung pada akhirnya, semua harus dirayakan. berbahagialah!
(146/365)