#19

*tok.. tok.. tok..*

“assalamualaikum…”

ketuk pintu itu terdengar halus sekali, kalau saja volume televisi yang kutonton terlalu besar, atau masih terpasang earphone di telingaku, pasti aku tidak akan sadar suaranya. 

dengan lemas aku beranjak dari kamar menuju pintu untuk melihat siapa yang bertamu di hari sabtu. akhir pekan, saatnya bermalas-malasan. aku tak seproduktif yang kau pikir. aku ini pemalas sejati. dengan muka kucel kubuka pintu depan dan menjawab salam yang dia berikan bersamaan dengan ketukan.

“wa’alaikum salam.”

pintu terbuka dan aku langsung menyesal kenapa tak kucuci dulu mukaku, tak kurapihkan dulu rambutku. dia menatapku dengan senyum, senyum termanis yang pernah kudapatkan dari orang asing yang melihatku dengan tampilan seperti tunawisma di dalam rumah sendiri.

“permisi, mas. ini dari mama.”

suaranya lembut, halus, merdu. rasanya kalau saja dia bekerja sebagai pemberi pengumuman di stasiun, akan banyak penumpang lelaki yang ketinggalan kereta. 

“oh, iya. terima kasih.”

sial, hanya kalimat standar itu yang mampu keluar dari mulutku. otak kreatifku seolah berhenti bekerja. kumpulan kalimat gombalanku raib seketika. kata-kata humor yang biasa aku keluarkan seolah terhapus dari kamusku. 

“permisi, mas. assalamualaikum.”

dia berbalik, rambutnya berkibar saat ia bergerak berputar, rasanya aku melihat sepasang sayap tertutup rambut panjangnya. terbukti bahwa bidadari memang tersebar di bumi. hanya saja aku belum menyadari sampai hari ini. 

“wa’alaikum salam”

dia melangkah berlalu ke luar pagar. ayunan tungkai kakinya seirama dengan desir angin yang pelan berhembus di telingaku. cupid sialan! kenapa tak kau lakukan tugasmu! kemarikan busur dan panahmu! biar aku yang menancapkan padanya! 

punggungnya mulai menjauh dan menghilang di perempatan jalan. desir angin berhenti. alunan kebingungan mulai melanda. siapa gerangan dia? mama siapa? bidadari dari langit tingkat berapa dia? di komplek khayangan nomer berapa dia tinggal? 

kulihat nampan di tanganku yang barusan dia berikan. bubur, sup, dan rendang ayam.

keras.. keras.. semakin keras aku mengingat siapa dia. sedikit lagi. sedikit lagi aku dapat mengingatnya. 

AH! AKU TAHU!! 
DIA… 
kemudian aku terbangun dari tidurku. 

What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s