Dihajar Rindu

sekeras apapun ia mencoba menghindar, pukulan dan tendangan tak bisa ia elakkan. rahangnya mulai goyah, badannya mulai payah, lulutnya mulai lemah, dan wajahnya sudah penuh darah.

napasnya tak beraturan, tersengal-sengal dengan tarikan pendek di setiap hirupannya. paru-parunya sudah tak lagi mampu menampung debu yang terhirup bersama bau anyir yang menyesakkan.

jantungnya sudah melemah, denyut nadinya lambat laun memudar, pandangan matanya makin kabur, telinganya berdenging, dan giginya gemeretak menahan nyeri.

ia tak pernah tahu dihajar rindu sedemikian menyakitkannya.

 

(287/365)

 

 

 

What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s