kita adalah tuhan dari kata-kata yang kita kurung dalam frasa, dipaksa berbaris sesuai keinginan, dipaksa hidup dalam satu karangan utuh atau bahkan hanya sepenggal. meninggalkan rasa penasaran, menunggu akhir dalam ketidak pastian.
kita adalah tuhan dari aksara-aksara yang ditulis dalam lembar kusam, dengan pundak yang memikul kecemasan, dan kaki yang terbelenggu keengganan. sungguh tega kita yang menciptakan kebencian dari barisan huruf yang tak berdosa. memaksa mereka menjadi makian, cibiran, dan keluh kesah yang bukan urusannya.
padahal kita adalah tuhan dari kalimat doa yang mengamini dirinya sendiri.
(232/365)