dia yang perlahan merasuk masuk dalam palung paling ujung dari lorong kosong yang sepi tak bertepi. dia yang dengan seenaknya datang tanpa dentang pemberitahuan yang lantang. Seolah tanpa lelah terus menyelinap ke celah-celah bilah hati yang mudah kalah.
aku yang berusaha tetap tegak selayaknya tonggak yang keras tertancap. aku yang sekuat mungkin lama berdiri dengan sayap koyak yang tak bisa lagi kupaksa mengepak.
sekarang, kamu.
yang menawarkan duri dalam cawan penuh asumsi dengan tangan kiri. kamu yang menyodorkan adiksi di keping-keping simpati dengan balutan atensi dan suguhan afeksi yang sulit dihindari.
———————
dia, harap yang aku sungguhkan.
kamu, doa yang aku segerakan.
aku, pilihan yang kalian singkirkan.
(91/365)