sabtu malam ini tidak jauh berbeda dengan sabtu malam lainnya. hanya ada aku, kafein, nikotin, dan asupan kuota internet yang menemaniku menghabiskan sisa baterai di ponsel.

aku bangun terlalu siang hari ini. tak kulihat matahari pagi, hanya terik yang menyambut kelopak mataku yang terbuka perlahan. kucoba mengumpulkan kepingan cerita di mimpiku yang semakin keras kuingat, semakin ringan ia pergi. sudahlah, aku bukan golongan yang terlalu percaya bunga tidur.

hari ini aku teringat seseorang. orang yang amat sangat istimewa, wanita pujaanku sepanjang masa. aku rindu ocehannya soal bangun siang, soal pulang terlalu larut, soal jaketku yang tak pernah kuletakkan di tempat yang semestinya, soal keinginannya memasak sesuatu.

aku rindu belaiannya di kepalaku, dan rinduku membelai rambutnya. mencabuti rambut putih yang mulai ramai menampakkan diri. gatal dia bilang, dan tak pernah sekalipun beliau mau menyemirnya.

aku rindu bau tubuhnya yang khas, bau wanita pekerja keras yang tak pernah lelah walau sesekali mengeluh. aku rindu mengejek pilihan pakaiannya, aku rindu memeluknya dari belakang dan menciumi pipinya yang mulai mengendur dimakan usia.

aku rindu ajakannya pergi ke pasar, di mana niat hanya membeli sayuran akan berakhir dengan membawa pulang 2 kantung penuh sayur serta berkantung-kantung hal lain yang tidak direncanakannya. membuat aku harus pergi ke ATM terdekat untuk hal itu.

aku rindu peyek kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, bayam, teri, rebon, udang, dan bahan lain yang bahkan tak pernah kau bayangkan bisa dibuat kudapan macam itu. dan aku rindu membersihkan toples-toples plastik sambil mendengarkan beliau meracau berbagai hal di sela-sela masaknya.

aku tak pernah tahu apakah aku bisa menyayangi wanita lain lebih dari aku menyayanginya. wanita yang tak bisa aku tolak permintaannya. wanita yang tak bisa aku bantah perintahnya. wanita yang tak bisa berhenti aku doakan. wanita yang akan selalu ada dalam diriku.

ibu, aku rindu.