aku pernah jatuh cinta
pada seseorang yang bahkan tak tahu
bahwa namanya kusebut dalam doa
dengan nada yang lebih lembut dari bisikan hujan.
ia tak pernah menoleh
tapi aku tetap berdiri
menjaga pintu yang tak pernah diketuknya
sampai pagi membawaku pulang dalam keadaan hampa.
dan meski kini aku tak lagi menunggu
aku masih mengingat cara ia tertawa
seperti musik yang hanya bisa kudengar dari kejauhan.
“tak ada yang salah dengan mencintai sendirian”
aku menulis puisi
tentang kamu
yang tak pernah membaca apa-apa
selain notifikasi dari orang lain.
aku menunggu
di ruang obrolan yang kamu tinggalkan tanpa pamit.
sambil menghisap kata-kata yang sudah basi
dan minum dari gelas yang isinya cuma sisa harapan semalam.
dan kamu tahu apa yang paling menyakitkan?
karena tidak ada yang salah denganmu.
semua salahku
karena berharap.
aku bilang,
“aku tidak apa-apa,”
padahal hatiku sudah rebah
layaknya buku di rak yang segelnya tak pernah kamu buka.
(ditulis di malam hari bersama dengan dua teman imajiner dalam kamar yang penuh sesak dengan skenario buatan sendiri)
