baru saja aku menyelesaikan sebuah film. maksud menyelesaikan di sini adalah sudah selesai menonton, bukan membuat. masih jauh dari membuat film, menulis saja kadang masih berantakan.
oiya, kembali pada film tadi. judulnya adalah “happy old year”, sebuah film yang menceritakan tentang seseorang yang ingin merapikan rumah yang berisi banyak barang-barang karena ia ingin merenovasinya menjadi sebuah kantor. konflik di film itu ada pada beberapa memori atas barang yang terasosiasi dengan orang dan kenangan tertentu.
cukup sampai situ sinopsisnya, sisanya bisa kalian tonton sendiri, sampai hari ini filmnya masih ada di Netflix kalau kalian mau coba cari tahu.
yang mau aku bicarakan di sini adalah keterkaitan antara film, dan apa yang aku lalui sebagai manusia yang akhir-akhir ini gemar sekali menumpuk barang-barang. baik barang yang kubeli sendiri, atau barang pemberian orang lain. terutama saat aku membuka jasa handpoke tattoo yang tidak menerima bayaran, melainkan barter dengan barang yang sudah tidak dipakai, atau yang menurut mereka cocok untukku. hasilnya, banyak menumpuk barang-barang hasil barter tattoo yang beberapa sering kupakai, tapi ada pula yang hanya menjadi pengisi ruang kamarku.
aku percaya semua barang punya ceritanya masing-masing, ia membawa sebuah ingatan, sebuah momen yang bisa diceritakan kembali. kau bisa tunjuk satu barang di kamarku, dan aku bisa bercerita panjang tentangnya. mengapa dia ada, untuk apa dia ada, mengapa tetap kusimpan, mengapa dia ada di situ. semua bisa kujabarkan meski dengan sedikit usaha untuk mengingatnya.
beberapa barang punya sifat emosionalnya sendiri, ada yang membawa kenangan manis, ada yang menyimpan memori pahit, ada yang menjadi pengingat sebuah pencapaian, ada juga yang menjadi penanda sebuah kesalahan.
foto. gambar. video. tulisan. rekaman audio. semua punya caranya masing-masing untuk memantik jejak masa lalu. masa di mana semua pernah bahagia, semua pernah sedih, semua pernah punya luka dan sukanya. salah satu cara mengingat paling bajingan menurutku.
aku suka nostalgia itu, aku sering kali membuka folder berisi foto-foto lama, sekadar ingin kembali ke memori itu. sayangnya ingatanku sudah tidak begitu kuat, beberapa harus dengan ekstra kuperas otakku untuk kembali ke sana. ada yang berhasil, tapi lebih banyak tidaknya.
mengingat kenangan mungkin sama sulitnya dengan menghilangkannya. apa lagi jika kenangan itu datang tanpa kau sadari. tiba-tiba menikammu dengan air mata, memaksamu untuk berdamai walau kau tidak yakin berdamai dengan itu akan menyelesaikan apapun yang telah terjadi. tikaman kenangan itu membekas, membekas menjadi luka, luka yang selalu kau lihat. luka yang sulit dihapuskan.
kali ini aku mencoba untuk tidak berdamai dengan berbagai kenangan itu. aku berusaha untuk menjadikannya sebuah pelajaran. dari apa kenangan itu terbuat, bagaimana kenangan itu terbentuk, dan untuk apa kenangan itu ada dalam hidupku.
semoga apapun yang terjadi di belakang, akan membuatku lebih waspada tentang apa yang ada di depan. semoga membuat hidupku lebih tenang. semoga. ya, semoga.
