Siapa?

aku pernah berkelakar kalau sedang menjalani hubungan jarak jauh. jauh sekali. aku di hari ini, pacarku jauh di masa depan sana.

ada hal-hal yang disempatkan hadir agar kamu tahu bagaimana caranya merelakan pergi. ada hal-hal yang memang sengaja hilang agar kamu tahu bagaimana rasanya ditinggalkan.

satu waktu aku bertemu seorang perempuan, wajahnya tidak cukup familiar untukku, rasanya memang baru kali ini aku melihatnya. ia lalu menghampiri mejaku yang hanya berisi satu cangkir kopi hitam, air mineral, sebungkus rokok, korek api, dan asbak yang baru terisi satu puntung. aku memang baru tiba di kedai kopi ini. tidak menunggu siapapun. hanya sekadar menghabiskan waktu melamun.

dengan senyum lebar ia menyebut namaku tanpa ragu. seakan-akan ia sudah sangat mengenalku jauh. mengetahui pribadiku, rahasiaku, dan semua detil hidupku.

ia tidak mengulurkan tangan sehingga aku tidak tahu harus berbuat apa selain menganggukkan kepala tanda setuju. bahwa yang ia sebut memang namaku. tidak ada kesalahan di situ.

ia lalu meletakkan segelas teh, merapikan meja untuk menaruh tas mungilnya, kemudian duduk berhadapan denganku. aku tak bisa melarang apapun yang ia lakukan. aku masih belum bisa mencerna ada apa di sini.

sejurus kemudian ia mulai bercerita tentang bagaimana kami bertemu nantinya, tidak di sebuah kedai kopi, tidak di lorong rak toko buku, tidak di sebuah konser musik band favorit, tidak pula di sebuah bangku taman. seolah ia mementahkan semua bayanganku akan perkenalan sempurna yang selama ini selalu berkeliaran di kepalaku.

ia melanjutkan ceritanya tentang bagaimana ia mengingatku sebagai lelaki yang canggung. tentang tanganku yang selalu gemetar saat memegang tangannya, bahkan saat hubungan kami sudah berjalan selama dua tahun. tentang ia yang tak pernah suka aku selalu bangun kesiangan, tentang kebiasaan merokokku yang tak bisa hilang, tentang bagaimana ia selalu protes kalau aku masih suka bekerja hingga dini hari. dan aku mendengarkan dengan seksama, mendengarkan suara merdu itu keluar dari bibir yang tak pernah berhenti tersenyum lebar.

ia lalu melanjutkan bercerita, tentang film yang kami tonton bersama, buku yang kami baca bersama, konser musik yang kami datangi bersama, kedai kopi baru yang kami hampiri setiap minggu bersama.

kopiku mendadak dingin, padahal baru 5 menit ia bercerita dan semua terasa nyata. apakah ini realita? aku tidak sedang tertidur kan?

lalu ia berkata, “nanti kalau kita bertemu, tolong jangan ragu untuk menjabat hangat tanganku. sering-sering mandi.”

ia beranjak dari kursinya, pergi menuju pintu keluar, dan aku hanya bisa termangu, membuang sisa bungkus rokokku, dan menenggak habis kopi dingin dalam satu tarikan napas.

sial. aku perlu tahu siapa namanya.

3 thoughts on “Siapa?

What do you think?