tentang cita-cita dan harapan masa depan.
waktu kecil, kira-kira sampai SD saya pernah punya cita-cita mau jadi pilot. alasannya karena pilot bisa terbang, bisa pergi ke mana-mana. tapi sampai sekarang sama sekali belum pernah naik pesawat. payah!
(masih kepikiran jadi pilot ga?)
masih. banget. parah!
oke, balik lagi ke cita-cita. saya selalu pingin jadi ini-itu. pernah pingin jadi ilmuwan, diplomat, rockstar, penulis, fotografer, pelukis, pengusaha, dan lain sebagainya.
sekarang? cita-cita saya cuma satu. saya pingin bahagia.
ya. bahagia.
satu kata yang simpel tapi beribu makna. (sempat ada yang ngajak diskusi panjang soal ini, tapi kayanya anaknya lupa deh. ketiduran paling. biarin lah. nanti juga kalau inget dibahas.)
bahagia versi saya sederhana. tapi penuh dengan kompromi.
saya bahagia masih punya pekerjaan, masih bisa bayar cicilan ini-itu, masih bisa menuhin lemari dapur sama kulkas.
saya bahagia masih punya teman yang bisa diajak tukar pikiran serius maupun nge-random bareng.
saya bahagia masih ada yang ngeledekin saya. tandanya mereka perhatian, ada aja detail-detail yang mereka perhatikan tentang saya yang kemudian berubah menjadi celaan. gapapa, mereka senang, saya dapat pahala. ibadah yang sederhana bukan?
saya bahagia setiap hari bisa makan. saya bahagia punya tempat untuk pulang. saya bahagia masih sanggup naik motor dari citeureup=kemang=citeureup.
saya bahagia dengan hal-hal kecil supaya bisa mengapresiasi bahagia besar yang nanti akan saya dapatkan. kalau yang kecil saja ga disyukuri, gimana tuhan mau kasih bahagia yang lebih besar?
mikir!